Ini 3 Alasan Layanan Uber Gagal Di Jepang
Aplikasi Uber yang sempat beroperasi di Indonesia dan bersaing dengan aplikasi ijo-ijo ini juga mengalami kegagalan layanannya di Jepang. Sebagai penyedia layanan transportasi, Uber memulai layanan mereka di Jepang pada tahun 2014 silam sebagai taksi online. Diduga akan mengganggu industri taksi lokal, siapa sangka Uber mampu bertahan selama 8 tahun dan tersebar di 15 kota, sayangnya tidak berlangsung lama Uber mengalami kegagalan. Apa yang membuat layanan Uber gagal? Ini 3 alasan layanan Uber gagal di Jepang.
Dasar hukum
Jepang memiliki istilah dalam taksi, ada taksi ilegal yang dikenal dengan shiro-taku — kependekan dari “taksi berplat kendaraan putih” taksi legal yang mengacu dengan plat kendaraan warna hijau.
Jepang memiliki aturan ketat untuk sopir taksi profesional. Selain SIM standar (kelas I) kamu perlu mendapatkan SIM komersial (kelas II) dan lulus tes geografi untuk beroperasi di daerah berpenduduk tinggi. Tidak hanya itu, kamu juga harus memiliki pengalaman 2 tahun di perusahaan taksi sebelum mengoperasikan taksi pribadi. Melanggar? Kamu bisa dipenjara sedikitnya 3 tahun atau denda sampai 3 juta yen. Bisa dikatakan, Uber masuk sebagai kategori taksi illegal, karena izin operasinya yang terbatas.
Baca Juga : 7 Kunci Sukses Ala Bill Gates Dalam Menjalankan Bisnis
Adanya kolusi
Kolusi tidak hanya ditemukan antara politik dengan politik. Pasalnya di Jepang kamu dapat menemukan adanya kolusi di industri transportasi berupa taksi. Banyak anggota parlemen Jepang terhubung dengan federasi asosiasi sewa taksi di Jepang, inilah yang menjadi ancaman Uber yaitu pemerintah Jepang. Perusahaan taksi di Jepang memberikan layanan tiket taksi tanpa pembayaran di muka, ini yang tidak dilakukan Uber di Jepang.
Layanan khusus taksi Jepang
Di Jepang kamu dengan mudah menemukan taksi biasa, tidak seperti Uber yang harus menunggu beberapa menit. Selain itu, masyarakat di Jepang hampir setiap keluarga memiliki mobil pribadi, namun adanya mobil pribadi tidak membuat perusahaan lokal taksi Jepang rugi. Perusahaan taksi Jepang memberikan solusi berupa layanan sopir atau daikō untuk kamu yang membutuhkan taksi atau sopir tapi dalam keadaan yang tidak memungkinkan berkendara.
Setelah kegagalan Uber pada layanan taksi online, kebanyakan orang-orang di Jepang mengenal Uber sebagai penyedia layanan pengiriman makanan atau Uber Eats. Sementara Uber taksi gagal, layanan Uber Eats berhasil berkembang di Jepang dan memenangkan hati orang-orang Jepang. Sebagai pebisnis penting untuk kamu memahami target market agar bisnis kamu tidak berisiko gagal, namun sebagai pebisnis kegagalan bukan akhir, kamu dapat mengembangkan bisnis ke lini bisnis lain.
Mau tahu informasi-informasi terbaru seputar bisnis lainnya? Terus pantau mediamarketer.id, ya!
Baca Juga: 3 Reasons Why Uber Failed in Japan