
Di balik 3 Start-up Sukses di Indonesia
Era teknologi ini, banyak bermunculan perusahaan-perusahaan berbasis teknologi. Atau yang sering disebut sebagai Start-Up. Di Indonesia sendiri, sudah banyak berdiri dan menunjukkan taringnya dengan menyandang “Start-up Sukses di Indonesia”.
Sebelum masuk ke list, kamu harus tahu dulu syarat agar disebut sebagai Start-up sukses.
Pernah denger unicorn? Yang dipikiran kamu pasti terbayang seekor kuda dengan tanduk runcing di kepala kan? Salah, bukan yang itu.
Perusahaan-perusahaan rintisan dengan basis teknologi atau Start-up punya tingkatan berdasarkan nilai valuasi perusahaan. Paling bawah itu Unicorn, kedua disebut decacorn dan yang paling tinggi yaitu Hectocorn. Kamu tahu perbedaannya?
Unicorn itu merupakan start-up dengan tingkatan paling rendah. Perusahaan Start-Up yang dikategorikan sebagai unicorn memiliki nilai valuasi US$ 1 Miliar atau sekitar Rp14 Triliun. Contoh perusahaannya yaitu Tokopedia
Tingkatan kedua disebut sebagai Decacorn. Perusahaan yang dikategorikan pada kelas ini mengalami perkembangan pesat menembus US$10 Miliar untuk valuasi perusahaan. Salah satu contoh perusahaannya adalah Grab.
Hectocorn, tingkatan paling atas dan benar-benar layak untuk mendapat gelar “Start-up sukses”. Perusahaan-perusahaan yang mencapai tingkat ini mampu mendapat valuasi sebesar US$100 Miliar Yang masuk kategori ini adalah Microsoft, Facebook, Google dan Apple.
Untuk meraih tiga title di atas tentu tidak mudah. Sebuah pencapaian yang berarti bagi perusahaan milik Indonesia untuk menempati salah satu tingkatan di atas. Tapi, dibalik menyandang gelar Start-Up sukses di Indonesia, ada perjalanan yang tidak banyak orang tahu.
Berangkat dari Pematangsiantar ke Dunia
Lahir di Pematang Siantar, 18 November 1981, Wiliam Tanuwijaya memulai karir dengan mendirikan sebuah mall online, Tokopedia. Keluarga yang berkecukupan memaksa ia harus berkuliah sambil bekerja sebagai penjaga warnet.
Dan disitulah titik balik hidupnya. Bermodalkan internet, ia mencari informasi mengenai bidang studinya, informatika. Di momen itulah William sadar jika kesenjangan akses di Indonesia bisa diselesaikan dengan teknologi.
Tahun 2007, Wiliam bertemu Leontinus Alpha Edison, dan disitulah detik awal pembentukan Tokopedia.
Apa yang kamu bisa expect saat mendirikan Start-Up di negara yang mayoritas penduduknya agraris? Itu yang membuat para investor enggan menyumbangkan dana. Tak menyerah, Wiliam masih berpegang teguh pada pendiriannya.
Hasil tidak akan mengkhianati hasil. Pepatah itu benar adanya. Tahun 2014, Tokopedia mendapat US$100 Miliar dari Softbank Internet and Media, dan Sequoia Capital.
Di tahun 2016, Tokopedia mulai fokus mengembangkan bisnis Produk Digital dan Fintech dengan memberikan layanan seperti m-banking untuk membayar listrik, BPJS, hingga tiket kereta.
Pada tahun 2017 Tokopedia kembali menerima pendanaan sebesar 1,1 miliar USD dari Softbank dan Alibaba Group.
2018 merupakan kejayaan Tokopedia karena campaign nya, “Ramadhan Ekstra” yang menghasilkan transaksi pada satu hari sebanding dengan transaksi pada 5 tahun pertama. Tidak salah jika Tokopedia menjadi salah satu Start-up sukses di Indonesia
Kesuksesan OVO akibat dari kegagalan MatahariMall
Siapa yang pakai Grab? Pasti sudah tidak asing dengan fitur pembayaran digital yang satu ini. Sudah tahu kalau OVO ini jadi salah satu Start-Up Sukses di Indonesia karena kegagalan yang dialami?
Mochtar Riady mengakui kegagalan MatahariMall.com, versi e-commerce Matahari, merupakan sebuah pelajaran bagaimana membangun sebuah Start-Up yang sesuai dengan hukum alam, mulai dengan skala yang kecil.
Pada tahun 2020, tercatat OVO memiliki lebih dari 300.000 retailers outlet yang bergabung, pengguna mencapai 110 juta orang dan tersebar di 300 kota di Indonesia.
OVO telah bekerja sama dengan Grab sejak Desember 2017, selain juga menargetkan toko-toko dan restoran di seluruh Indonesia. Tahun berikutnya mereka mengumumkan kemitraan dengan Tokopedia, platform e-commerce terbesar di Indonesia.
Sekarang, OVO sudah tersedia di 90 persen pusat perbelanjaan di seluruh negeri, dengan menawarkan opsi pembayaran tanpa non tunai kepada pelanggan di hypermart, department store, hingga coffee shop
Menurut laporan, OVO telah mendapat 1 miliar transaksi pada 2018, atau meningkat 75 kali lipat sejak November 2017. Basis penggunanya juga mengalami pertumbuhan 400 persen selama periode yang sama.
Baca juga : Statistik penting digital marketing di tahun 2021
Susah Cari Ojek, Motivasi Buat Gojek.
Nadiem Makarim, pendiri Gojek, membeberkan keluh kesahnya untuk mencari ojek. Ditambah lagi dengar curhatan tukang ojek yang kesusahan untuk mendapatkan pelanggan.
Dua hal itu kemudian mendorong Nadiem untuk mendirikan Gojek, sebuah fasilitas yang dapat dengan mudah menghubungkan tukang ojek dengan pelanggan.
Pada 2011, Gojek dapat menggaet 20 orang driver dengan sistem call center. Lambar laun, peminat menjadi driver kian meningkat.
Tahun 2014, Gojek mendapatkan suntikan dana oleh Northstar Group, Redmart Limited, dan Zimplistic Pte Ltd yang kemudian menjadi alasan untuk membuat aplikasi mobile Gojek.
Tahun berikutnya, Gojek semakin lumrah di dengar, bahkan bisa ditemui di hampir seluruh kota di Indonesia dan dikenal sebagai perusahaan penyedia jasa transportasi online di Indonesia dengan total valuasi 53 triliun, menjadikan Gojek sebagai termasuk decacorn dan Start-Up sukses di Indonesia.
Teknologi sekarang sudah marak. Dan tentunya penguasaan teknologi bagi perusahaan adalah sebuah kewajiban. Maka dari itu, munculah banyak Start-Up di Indonesia yang terus berkembang untuk menjadi Start-Up sukses di Indonesia, seperti 3 perusahaan di atas.
Follow Instagram kami : Mediamarketer